Santai, Kiamat Belum Datang
Berapa banyak diantara kita yang hari ini masih bisa tertawa
lebar, dengan pongahnya menengadah, menatap langit, dan berkacak pinggang.
Masih usil, tanpa beban, mencomot makanan di piring tetangga tanpa izin
pemiliknya. Asyik karaokean dengan teman-teman. Ada juga yang terjaga semalam
suntuk larut dalam permainan dunia maya, entah berjibaku dengan
perang-perangan, tembak-tembakan atau sedang sibuk melilih model baju demi mendapatkan
diskon olshop edisi akhir pekan. Katanya, semua itu adalah obat untuk
menyembuhkan lelahnya kehidupan.
Jika benar
demikian, artinya sebagian besar dari kita sakit. Sakit yang berkelanjutan. Buktinya,
hari demi hari terus saja berjalan seperti itu, tanpa banyak perubahan. Tanpa
sadar, hari terus berganti dan kita semakin dewasa dalam keadaan begini-begini
saja. Jika benar, semua kesenangan itu adalah obat, lantas kapankah kita sembuh
?
“Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”
(Q.S. Al Ankabut:64).
Beruntung, di era serba teknologi ini masih banyak orang
mengaku beragama. Katanya, kiamat tak akan tiba selama masih ada orang-orang
yang percaya pada Tuhan-Nya, masih ada orang-orang yang memenuhi panggilan-Nya,
dan menyeru kepada-Nya. Di televisi masih ada ustad ustadzah yang tiap pagi
mengaji. Di radio, juga masih ada sekmen-sekmen bernuansa Islami. Di pinggir
jalan, makin banyak musola dan masjid didirikan. Di sekolah dan pusat
perbelanjaan, para wanita semakin banyak yang berpakaian sesuai syariat dan
mengutamakan kesopanan. Artinya, kiamat mungkin masih lama ?
“Sesungguhnya
kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) supaya tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang ia usahakan” (Q.S. Taha : 15).
Kiamat
adalah rahasia-Nya yang dibagi menjadi dua. Kiamat sughra (kiamat kecil) dan
kiamat kubra (kiamat besar). Kiamat kecil berupa kematian dan bencana di
sebagian bumi, sedangkan kiamat kubra berarti hancurnya seluruh alam semesta
beserta isinya, akhir seluruh peradaban. Barangkali, benar, kiamat besar masih
lama. Tapi bagaimana jika malaikat pencabut nyawa lebih dulu mengetuk pintu,
sebelum peristiwa dahsyat itu menjemput ? jangan-jangan, kiamat kecil (kematian)
justru beberapa detik lagi menghampiri. Ayat di atas telah menyampaikan bahwa
setiap diri akan dibalas sesuai apa yang ia usahakan. Lantas, cukupkah usaha
kita selama ini menjadi bekal di kehidupan sesungguhnya ? Jangan-jangan, untuk
mempertanggungjawabkan mata, hati, lisan, dan perbuatan saja kita kebingungan.
Padahal Allah SWT juga berfirman :
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula” (Q.S. Al
Zalzalah : 7-8).
“Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir” (Q. S. Qaf : 18).
Sementara kita, masih dengan santainya berkata,
“Ah..nanti saja tobatnya, toh matinya juga masih lama. Kita kan
masih muda. Bolehlah, bersenang-senang dulu, sebentar…saja.”. Mari, bersama
kita ingat, masa muda kita juga dilihat. Setiap perbuatan kita dicatat. Sudah
seharusnya kita memperbaiki diri sebelum terlambat, karena Dia Maha Menerima
Taubat. (na)
Komentar
Posting Komentar