“Vaksin” Anti Galau

Seperti virus ganas yang tidak mudah dibasmi, galau bukan hanya sebuah kata tetapi sebuah fenomena. Ia menjadi sangat terkenal belakangan ini di bumi Indonesia. Galau yang diartikan sebagai rasa cemas, resah atau gelisah sering dimunculkan di televisi, artikel majalah, sosial media hingga diucapkan dalam percakapan sehai-hari. Galau karena belum punya pekerjaan, nilai ujian jelek, belum bayar hutang, belum punya pasangan adalah sederet problematika klasik yang dihadapi manusia dan sering dituding sebagai penyebab virus galau. Di sisi lain, Islam mengajarkan pada umatnya untuk senantiasa meyakini kuasa Allah, berikhtiar, bersabar dan bertawakal. Lalu, apakah galau dibenarkan dalam Islam ?.
Dalam kesempatan ini akan dibahas beberapa jenis virus galau yang sering menyerang manusia beserta vaksinnya.

1.    Galau karena masa depan
Allah SWT dalam Al Qur’an menyampaikan bahwa Dia akan mencukupi semua keperluan orang-orang yang mau bertawakal kepada-Nya. Tawakal sendiri dapat diartikan sebagai keadaan berserah diri kepada-Nya sesudah berusaha dan berdoa secara maksimal.

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. Ath-Thalaaq : 3).

Selain itu Allah SWT juga menyampaikan bahwa berusaha adalah kunci agar pintu perubahan dalam hidup bisa terbuka. Usaha atau ikhtiar menjadi bukti kesungguhan bahwa kita serius menyiapkan hari esok yang lebih baik.

“… Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan  yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Q.S. Ar-Ra'du : 11).

Kantong kering ?, karir redup ?, nilai ujian jelek?, masa depan buram?. Mari awali dengan bersyukur dengan hidup kita hari ini kemudian berpikir positif, terus berusaha dan memohon bimbingan-Nya agar dapat menuntaskan setiap urusan dengan baik serta mewujudkan masa depan yang indah. Galau bukanlah solusi. Galau juga tidak memberikan manfaat apa pun untuk masa depan kita.
2.    Merasa jomblo
Tidak sulit menemukan pernyataan galau yang berserakan di sekitar kita, salah satunya di sosial media. Sepertinya ini dianggap hal biasa di kalangan anak muda ‘masa kini’. Entah karena sedang bertengkar dengan pacar atau memang tidak punya pacar, mereka “menelanjangi diri sendiri”, mencurahkan permasalahan pribadi kepada media sosial lengkap dengan emotikon bercucuran air mata. Banyak diantara mereka yang menyatakan diri sedang sepi dalam keramaian, menangis diantara jutaan tawa dunia, serta sendiri dalam kebersamaan. Ada juga yang mengumpat, menyumpah, dan menyalahkan cinta sebagai sumber kesedihan. Benarkah itu cinta jika justru membuatmu bersedih, menangis berhari-hari, susah makan, tidak enak badan dan malas pergi ke sekolah/kampus ?.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum:21].

Untuk saudara dan saudariku yang saat ini mungkin sedang merana karena merasa jomblo, ingatlah bahwa engkau tidak sebaiknya berlarut-larut dalam kesedihan itu. Sayang jika hidup yang hanya sekali ini digunakan untuk tenggelam dalam lautan kegalauan.

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami” (QS. At Taubah: 40).

Dalam ayat lain, disampaikan juga bahwa hendaknya manusia berupaya menjadi pribadi yang baik supaya ia mendapat pasangan yang baik pula.

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….” (An-Nur:26).”

Dengan begitu yang sebaiknya dilakukan manusia adalah terus berupaya meningkatkan kualitas dirinya agar layak bersanding dengan si dia yang sama baiknya. Kemudian terus menempuh jalan sesuai dengan yang telah diajarkan dalam Agama Islam untuk dapat menikah dalam ridho-Nya. Sedangkan bagi mereka yang merasa ‘sendirian’ kita perlu mengingat,

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”  [QS. Adz Dzariyaat:49].

Seakan-akan Allah menyampaikan, “Tenanglah mblo, engkau pasti memiliki pasangan”. Tidak perlu ada kekhawatiran bagi yang masih sendiri, karena Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Dalam masa sendiri tersebut bisa jadi Allah memiliki maksud lain kepada para ‘jomblo’. Mungkin, Allah menginginkan mereka untuk memperbaiki diri terlebih dahulu, fokus menuntut ilmu, total membaktikan diri kepada orangtua dan lain sebagainya. Bisa jadi juga dalam kesendirian yang dihadapi manusia, Allah hendak memberikan pelajaran bahwa dia yang mendambakan hadirnya “belahan jiwa” harusnya bersungguh-sungguh mencari pasangan hidup bukan hanya bermain-main dengan status pacar. Mungkin juga Allah hendak menyampaikan bahwa manusia harus membuka hatinya untuk saling menerima, bukan hanya berburu pasangan yang ia anggap cocok dengan setumpuk kriteria.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Al Hujuraat :13]
3.    Galau karena fisik
Implan silikon, tanam benang, sulam bibir, sulam alis dan kawan-kawannya saat ini sangat marak dilakukan mulai dari kalangan selebrita hingga orang biasa demi membenahi penampilan. Apakah Anda termasuk juga yang sedang galau karena merasa kurang cantik dan kurang tampan ?. Padahal, manusia adalah ciptaan-Nya yang paling sempurna.

"Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At- Tiin : 4).
Seluruh yang melekat pada diri kita adalah titipan yang sudah seharusnya kita terima, pelihara dan syukuri.

”Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi ia melihat hati dan amal kalian.” (HR.Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).

Manusia tidak sebaiknya memusingkan diri dengan hanya memikirkan penampilan, merasa kurang begini dan kurang begitu. Ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan yaitu membersihkan hati, meningkatkan amal dan selalu berusaha berakhlak baik di mana saja dan kapan saja.

 “Dunia ini adalah perhiasan yang menyenangkan hati, dan sebaik-baik perhiasan yang menyenangkan itu adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim) 

"Orang kuat itu bukan karena (kekuatannya) pada saat berkelahi. Tapi, sesungguhnya orang kuat itu adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya pada saat marah." (H.R. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)

Hadis di atas menunjukkan bahwa wanita yang berharga dalam arti sesungguhnya bukan karena ia adalah yang tercantik, terkaya atau apapun melainkan seorang muslimah shalihah. Begitu juga laki-laki yang berharga bukanlah dia yang terkuat melainkan seorang muslim yang taat yang mestinya akan mampu mengendalikan diri dan amarahnya. Adapun bagi saudara dan saudari yang berencana melakukan rangkaian aneka ‘perlakuan kecantikan/ketampanan’ baik wajah maupun bentuk tubuh, perlu kiranya untuk membaca dalil ini,

“Di antara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak terlalu perlu.” (HR at-Tirmidzi).

Apakah niatan-niatan untuk melakukan ini dan itu benar-benar diperlukan ?. Hendaknya kita berkaca pada diri masing-masing. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita boleh bersikap tidak peduli dengan kebersihan dan kerapian diri.

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik-baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) untuk orang-orang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui." (Q.S. Al A’raf 7: 31-32)

4.    Lelah menghadapi kehidupan
Di era yang serba canggih ini memang sebagian orang menjadi sangat sibuk bekerja, sementara sebagian yang lain merana karena tak kunjung menjadi kaya. Maka, inilah kehidupan yang memang memiliki dua sisi. Mereka yang memiliki karir gemilang dan penghasilan tinggi seringkali harus membayarnya dengan bekerja ekstra bahkan dari pagi sampai pagi. Jika ada rasa lelah yang menyiksa setiap harinya, maka ada baiknya jika beberapa dalil di bawah ini diresapi.

“Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu ? Maka apakah kamu tidak mendengar ?". Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu agar kamu beristirahat padanya ? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?". (QS Al Qashash, 28:71-72)

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”. (QS Al Qasas, 28:73)

“Dialah yang menjadikan malam bagimu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang-benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar” (QS Yunus, 10:67).        

“Allah-lah yang menjadikan malam untukmu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang-benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (QS Al Mukmin, 40:61).

Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dibalik siang dan malam ada tujuan yang jelas dari Allah untuk mengatur hidup manusia. Dia berikan siang untuk manusia bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan Dia ciptakan malam sebagai waktu untuk manusia beristirahat. Jangan sampai semangat bekerja membuat kita lupa bahwa tubuh kita juga perlu diistirahatkan. Di samping itu, jika rasa lelah itu tidak hanya mendera tubuh manusia namun juga pikiran dan perasaannya, maka Allah menjawab semua itu sebagaimana berikut,

“(Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu ialah)… orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”. (QS Al Furqan, 25:64)

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran”. (QS Az Zumar, 39:9)

Manusia mungkin merasa lelah, kering, kosong dan bingung karena tak kunjung menemukan kepuasan setelah semua kerja keras yang ia lakukan. Barangkali ia terlalu sibuk dengan dunianya hingga jarang menghadap Allah atau sebenarnya tidak pernah absen beribadah kepada-Nya tetapi tidak menikmati dan menghayati setiap doa yang diucap. Rukuk dan sujudnya mungkin hanya diniatkan sebagai penggugur kewajiban, sekedar ritual peribadatan tanpa makna. Padahal wudhu, solat malam dan ibadah lainnya bisa menjadi sumber kedamaian yang dicari semua manusia.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.” ( Ar-Ra’d : 28 )

“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 5)

Sebagai makhluk yang diberi keistimewaan berupa akal, adalah hal yang wajar sekaligus pasti bahwa manusia sepanjang hidupnya dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang mengharuskan mereka menggunakan kemampuan berpikirnya demi menemukan penyelesaian. Galau sama sekali bukan solusi. Membiarkan diri berada dalam kegalauan dikhawatirkan akan menjerumuskan kita dalam keputus asaan terhadap kasih sayang Allah. Dia selalu Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Kuasa. Maka, pantaskah kita untuk merasa galau ?. Galau sama halnya dengan membuang waktu dengan sia-sia.

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”  (HR. al-Hakim, shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim, namun beliau berdua tidak meriwayatkannya. Dishahihkan juga oleh al-Albani)

[Nursita Afifah]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambutan Mas'ul SKI KM Psikologi 2016